Ceritaku
kali ini mengenai seorang pemuda yang sangat mengenai seorang pemuda yang
sangat mencintai perempuannya. Kisah tentang benci menjadi cinta. Kisah
perjuangan cinta walaupun akhirnya berakhir dengan cinta sepihak.
Kali ini kuawali cerita ini dengan prolog yang berbeda.
Bukan tentang awal pertemuan kita seperti cerita kemarin tetapi lebih ke awal
mula dan sebab akibat dia jatuh cinta.
Akan kuperkenalkan terlebih dahulu si “dia” yang berhasil
ku buat jatuh cinta. Dia dulunya adalah musuh bebuyutanku. Setiap hari ada saja
hal yang membuat kami bertengkar. Selalu adu pendapat, berlarian kesana kemari
saling kejar, sampai suatu hari aku membuat tato permanent di tangan kirinya
kalo ngga salah sih. Mungkin kamu masih ingat kejadian itu.
Sampai suatu hari rasa benci itu berubah menjadi rasa
kagum. Aku kira rasamu itu hanya rasa basa basi bocah belasan tahun. Aku masih
ingat sekali di koridor 8 kau menyatakan rasamu itu. Tapi aku dengan angkuhnya
mengabaikan rasamu itu. Untuk kamu maaafkan aku ya. Aku tau rasanya pengharapan
yang tak berbalas sungguh tidak enak tapi apa boleh buat, saat itu aku memang
belum bisa membuka hatiku untuk siapapun.
Hari berlalu begitu cepat putih biruku segera berganti
menajdi putih abu-abu, begitu pun dengan kamu. Kamu yang masih tetap bertanya
kabar atau hanya berbalas pesan singkat namun tetap sama, kau aku abaikan lagi.
Ketahuilah untuk kamu, aku tidak sejahat yang kau kira namun aku tidak mau
bermain-main dengan sebuah rasa. Lebih baik aku jujur namun menyakitkan
daripada aku berpura-pura tapi hanya untuk kesenangan sesaat.
Mungkin banyak orang menganggap aku jahat, tega
mengabaikan rasamu selama enam tahun itu. Tapi apa daya aku, aku tidak mau
tersakiti lagi, aku tidak nyaman dengan sebuah status, biarlah kita dekat
layaknya teman biasa aku lebih nyaman itu. Jujur jika yang kau butuhkan
hanyalah status aku bisa saja menerimamu waktu itu, namun akan lebih sakit yang
kurasa jika aku hanya menerimamu agar kau berhenti untuk menyukaiku.
Satu pelajaran berharga yang aku dapat darimu, kau
mengajarkan kesetiaan yang besar. Aku belajar setia darimu, aku belajar
menghargai perasaan orang lain darimu juga. Mungkin aku dulu terlalu egois,
tidak mau berdamai dengan hatiku, namun setelah kupikir-pikir lagi mungkin ada
hikmahnya aku mengbaikanmu dulu. Aku lebih nyaman dengan kita yang sekarang,
berteman baik cerita satu sama lain, meminta pendapat satu sama lain dan saling
bertanyakabar tanpa rasa canggung.
Namun aku masih akan meminta maaf denganmu, maafkan aku
yang terlalu jahat denganmu. Mengabaikan orang yang begitu cintanya,
mengabaikan pengorbanan seseorang dan tidak bisa membalas rasamu kepadaku.
Aku juga mau berterimakasih denganmu. Terimakasih untuk
enam tahun waktumu yang kau sia-siakan untuk menjadikanku salah satu
prioritasmu. Terimakasih juga dengan pengorbanan yang pernah kau lakukan.
Terimakasih sudah menjadi teman terbaikku. Terimakasih juga sekarang kau jadi
penasehat jikalau aku sedang galau patah hati. Terimakasih sudah mendengarkan
keluh kesahku. Dan terima kasih juga telah bersabar mengahadapi aku dan egoku.
Jangan sungkan kalau kau mau curhat denganku, jangan
sungkan jika kau minta bangunkan pagi-pagi, jangan sungkan menasehatiku, jangan
sungkan untuk bebragi keluh kesah denganku. Aku dan teman-teman yang lain akan
selalu ada tidak hanya saat senang, tapi juga sedih.
Pesan ku kepadamu, carilah wanita yang lebih baik lagi
dari aku. Tetap setia seperti dulu. Tetapla menjadi kamu yang aku kenal.
Jikalau kau jatuh cinta lagi, aku doakan semoga cintamu yang sekarang tidak
akan seperti cintamu dulu kepadaku. Terus berjuang, terusla menjadi baik.
Jangan lupa diet!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar